CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Jumat, 09 Oktober 2009

EMDUO INFO

LAPAN dan Boscha Belum Yakin Meteor Jatuh di Bone

Kamis, 8 Oktober 2009 - 18:46 wib
Rachmatunnisa - Okezone
(Foto: Getty Image)

JAKARTA - Ledakan yang terjadi di wilayah di Bone Sulawesi Selatan menimbulkan spekulasi bahwa ledakan tersebut merupakan meteor yang jatuh ke Bumi.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Adi Sadewo Salatun menyebutkan hingga saat ini masih belum dipastikan bahwa ledakan tersebut merupakan meteor.

Menurutnya, jika dilihat dari hasil monitor NORAD (North American Aerospace Defense Command), tidak ada benda angkasa yang jatuh ke Bumi. NORAD merupakan monitor radar milik AS yang memungkinkan publik dunia mengetahui jika ada benda langit yang jatuh ke Bumi. NORAD mendeteksi semua benda-benda luar angkasa baik yang artifisial maupun buatan yang masuk atau keluar Bumi.

"Sejauh pengamatan dari NORAD, dalam daftar tidak ada benda yang terdeteksi jatuh ke wilayah Indonesia," kata Adi ketika dihubungi okezone, Kamis (8/10/2009).

Diakui oleh Adi bahwa jatuhnya meteor sulit diprediksi. Hambatan untuk memprediksi meteor jatuh dikarenakan atmosfer atas yang berubah-ubah.

Senada dengan yang diutarakan Adi, Kepala Observatorium Boscha Taufik Hidayat juga masih belum bisa memastikan jika ledakan itu merupakan jatuhan meteor.

Taufik menyebutkan, ciri-ciri meteor jatuh memang umumnya ditandai dengan jatuhnya sebuah bola api dari langit, bunyi ledakan yang keras, serta asap yang mengepul seperti pesawat terbang terbakar.

"Jika benar ledakan di Bone Sulawesi berasal dari meteor, diperkirakan ledakan itu berasal dari meteor tunggal yang cukup besar. Ketika menghantam atmosfer bumi, meteor tersebut terbakar dan pecah sehingga mengeluarkan bunyi ledakan yang cukup keras," kata Taufik. (rah)

bY NIESA

Sabtu, 03 Oktober 2009

EMDUO NEWS

24 Pulau di Indonesia Hilang, Ribuan Lainnya Terancam
Pulau-pulau yang makin tenggelam

Jumat, 2 Oktober 2009 | 12:18 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Tercatat sebanyak 24 pulau kecil di Indonesia telah lenyap, baik akibat kejadian alam, maupun ulah manusia. Namun, itu belum seberapa. Yang lebih mengkhawatirkan, 2.000 pulau lain di Tanah Air juga terancam tenggelam akibat dampak pemanasan global. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI Freddy Numberi saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Widyatama (Utama) Bandung, Jumat (2/10). Acara kuliah umum ini dihadiri pula oleh Bupati Sorong Stepanus Malak dan civitas akademika Utama.

Freddy menyatakan, ke-24 pulau ini hilang akibat tsunami Aceh pada 2004, abrasi, dan kegiatan penambangan pasir yang tidak terkendali. Pulau-pulau ini di antaranya Pulau Gosong Sinjai di NAD akibat tsunami, Mioswekel di Papua akibat abrasi, dan Lereh di Kepulauan Riau akibat penambangan pasir. Pemanasan global, ucapnya, menjadi ancaman paling konkret dan berbahaya bagi pulau-pulau lain di Tanah Air.

Menurut analisis bersama Departemen Kelautan Perikanan RI dan PBB, pada tahun 2030, sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia akan lenyap. "Saya punya list-nya, tetapi tidak bisa diungkapkan di sini," ujarnya. Dikatakan Freddy, kenaikan permukaan laut bisa mencapai lebih dari 2 meter jika tidak ada penanganan serius dalam menghentikan laju pemanasan global.

Tidak hanya di pulau-pulau kecil, dalam simulasi dampak perubahan iklim, sebagian wilayah pesisir utara Jakarta akan tenggelam. "Bandara Soekarno-Hatta pun akan tenggelam jika tidak ada upaya serius mengurangi laju pemanasan global. Percaya sama saya, adik-adik sekalian kalau masih hidup di masa itu suatu hari akan mengingat omongan saya ini," ujarnya.

Ancaman tenggelamnya pulau akibat kenaikan permukaan laut, ucapnya, bukanlah isapan jempol. "Sekarang, telah betul-betul terjadi," ucapnya memberikan contoh negara Kepulauan Kiribati dan Tuvalu. "Presiden Kiribati telah meminta warga dunia untuk menampung warganya karena 'negeri' mereka telah hilang," tuturnya. Warga-warga dari negara yang berada di Samudra Pasifik ini telah ditampung di Australia dan Selandia Baru.


Laporan wartawan KOMPAS Yulvianus Harjono

Jumat, 02 Oktober 2009

ISTILAH

1. Umbrella : Aksesori lampu berbentuk payung yang digunakan untuk memantulkan cahaya dari lampu. Cahaya yang dihasilkan bersifat menyebar dengan merata terdiri dari bahan perak, putih dan transparan.
2. Globe : Aksesori yang memberikan cahaya 360o, mirip seperti lampu biasa digunakan sebagai background untuk memberikan cahaya yang sangat merata dan bayangan yang lembut.
3. Striplite Softbox : Aksesori lampu yang dibuat dari bahan transparant yang berguna untuk menghaluskan atau melembutkan cahaya. Biasa digunakan untuk pencahayaan dari arah samping.
4. Striplight : Lampu yang berbentuk langsing memanjang menghasilkan outline yang tajam dan bayangan dengan pinggiran yang halus.
5. Snoot : Aksesori yang berbentuk kerucut dengan lubang kecil diujungnya. Dipasang pada lampu untuk menghasilkan cahaya yang sangat terkonsentrasi.
6. Lambency : Diffuser atau pelembut cahaya yang dipasang pada kamera, untuk menyebarkan dan melembutkan cahaya.
7. Honey comb : Grid yang terdiri dari sel-sel berbentuk heksagonal. Digunakan untuk melembutkan cahaya serta untuk mengkonsentrasikan arah cahaya.
8. Catch Light : Refleksi atau pantulan cahaya yang terdapat pada mata model.
9. Optical Slave : Alat penerima cahaya yang dipasang pada kamera flash, untuk memicu flash apabila mendapat kilatan cahaya dari sumber lain.
10. Flash : Lampu yang dipasang langsung pada badan kamera intensitas cahayanya keras dan terarah.

curhat

susah dech poenya hati n bersih yang bisa bkin hidup tenangz ^ bahagia.................................................